Sabtu, 18 April 2015

Iceberg Sifat-sifat Benda Cair


PEMAHAMAN SIFAT BENDA CAIR BERBASIS LINGKUNGAN

(Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran yang berbasis lingkungan (Contextual Teaching and Learning) dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar yang dekat dengan kehidupan mereka, sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya berdasarkan fakta-fakta di sekitarnya.




Pemahaman siswa terhadap sifat-sifat benda cair contohnya mampu mengkonstruksikan pengetahuannya untuk menemukan hal-hal baru berdasarkan pengalamannya. Misal melalui sifat benda cair mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah maka siswa yang di lingkungan pegunungan maka dapat memanfaatkan lingkungannya untuk membuat kincir air guna PLTA.
(Semoga Bermanfaat) 

Iceberg Pembagian Melalui RME

PEMAHAMAN PEMBAGIAN MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Prestasi belajar siswa yang belum menunjukkan adanya peningkatan dan matematika yang masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok mendorong para pendidik untuk memberikan banyak variasi mengajar melalui pendekatan matematika yang mempermudah pemahaman siswa. Pembelajaran agar mempermudah pemahaman siswa melalui pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik telah banyak dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran. Karakteristik  Matematika yang  abstrak dan banyak yang tidak menyukainya karena menyulitkan.
Pembelajaran matematika realistik merupakan  pendekatan yang memanfaatkan realita/fakta dan lingkungan untuk mempermudah siswa dalam memahami matematika. Fakta di lingkungan sekitar digunakan untuk mengawali interaksi siswa agar menjadi lebih dekat dengannnya. Dalam  kesempatannya itu siswa berinteraksi satu sama lain sehingga dapat menemukan skema yang kemudian dapat membangun pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan sendiri konsepnya.

Pembagian merupakan penjumlahan berulang. Materi ini perlu adanya pemahaman konsep yang benar melalui keterampilan proses yang diutamakan. Pembagian dapat diajarkan melalui hal-hal yang dekat dengan siswa. Pemahaman konsep dan dibarengi dengan pemahaman konteks yang terkait.

Iceberg Perkalian Melalui RME

PEMAHAMAN PERKALIAN MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Pembelajaran matematika realistik telah banyak dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran. Matematika yang mempunyai karakteristik  materi yang abstrak dan banyak yang tidak menyukainya karena menyulitkan. Para pendidik terdorong untuk memberikan banyak variasi mengajar melalui pendekatan matematika yang mempermudah pemahaman siswa. Sebagai contoh dapat dipergunakan untuk meningkatkan  pemahaman siswa yaitu dengan pembelajaran matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang memanfaatkan realita/fakta dan lingkungan untuk mempermudah siswa dalam memahami matematika. Fakta di lingkungan sekitar digunakan untuk mengawali interaksi siswa agar menjadi lebih dekat dengannnya. Dalam  kesempatannya itu siswa berinteraksi satu sama lain sehingga dapat menemukan skema yang kemudian dapat membangun pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan sendiri konsepnya.

Materi perkalian seperti dicontohkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang. Materi ini perlu adanya pemahaman konsep yang benar melalui keterampilan proses yang diutamakan. Perkalian dapat diajarkan melalui hal-hal yang dekat dengan siswa. Pemahaman konsep dan dibarengi dengan pemahaman konteks yang terkait.

ICEBERG FPB MELALUI RME

PEMAHAMAN FPB MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Pengembangan pembelajaran matematika realistik telah banyak dilakukan. Karakteristik matematika yang syarat dengan materi yang abstrak dan dianggap sebagai hal yang sangat menyulitkan sehingga terdorong para pemerhati pendidikan untuk mengembangkan pendekata matematika yang mempermudah pemahan siswa.
Salah satu diantaranya  yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan  pemahaman siswa yaitu dengan pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang memanfaatkan realita/fakta dan lingkungan untuk mempermudah siswa dalam memahami matematika.
Berawal dari fakta di lingkungan sekitar, siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat menemukan skema yang kemudian dapat membangun pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan sendiri konsepnya.
Materi Faktor Persekutuan Terbsar (FPB) seperti dicontohkan bahwa FPB diperoleh dengan menggunakan faktor prima untuk menemukan serta penggunaannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh membagi 15 permen cerry dan 10 biskuit klop secara adil ke dalam kelompok kecil tanpa sisa dan rata semua jenis. Sebelumnya siswa telah belajar tentang pemfaktoran dan faktor prima.





Senin, 13 April 2015

Peta Konsep Teori Belajar

Review berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa yang meliputi:
Behaviorism Theory, Social Cognitive Theory, Cognitive Information Processing, Meaningful Learning Theory, Developmental Approach, Social Formation Theory, Representation and Discovery Learning, Constructivist Approach, Social Approach, dan Technological Approach.

1.      Behaviorism Theory
a.       Pengertian dari Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
b.      Tokoh-tokoh teori behaviorisme
(1)   Edward Lee Torndike
Torndike menjelaskan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentiknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yag disebut dengan stimulus dan respon. Teori belajar menurut Torndike disebut teori connectivism. Dalam percobaan Torndike dilakukan pada kucing yang dilaparkan yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila tombol di dalam sangkar disentuh.
Hukum yang dikembangkan oleh Torndike, yaitu antara lain :
1.      Hukum Kesiapan (Law Of Raediness), jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehinggan asosiasi cenderung diperkuat.
2.      Hukum Latihan, semakin sering suatu tingkahlaku dilatih atau digunakan maka asosiasinya semakin kuat.
3.      Hukum Akibat, yakni hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya kurang memuaskan.
(2)   Ivan Petrovich Pavlov
Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perlaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang stimuli yang netral melahirkan respon terkondisikan. Teori Pavlov tentang pelaziman klasik atau  pengkondisian melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.Kesimpulannya ternyata individ dapat dikendalikan melalui mengganti stimulus  alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapat pengulangan respon yang diinginkan.
(3)   John Watson
Menurut Watson respon apapun yang dilakukan merupakan jawaban terhadap stimulus. Watson mempercayai bahwa perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingungan sangat penting, dan Watson tidak mempercayai adanya unsur hereditas (keturunan) sebagai penentu perilaku.
(4)   Burrhus Frederis Skinner
Skinner melalui percobaan dengan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping. Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
(5)   Edwin Ray Guthrie
Menurut Guthrie belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori Guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa  hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang
(6)   Robert Gagne
Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih kompleks (belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah).  Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
(7)   Albert Bandura
Bandura dikenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
(8)   Clark Hull
Hull berpendirian bahwa Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya tingkah laku. Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar). Stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat terjadi (siswa harus mempunyai perhatian). Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif). Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat melalui kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan siswa).
2.      Social Cognitive Theory
Tokoh Teori Kognitif Sosial yakni Albert Bandura. Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar dengan mengamati. Proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena prosesmodelingModeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis. Teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments" - imbalan dan hukuman- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model. Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri.
3.      Cognitive Information Processing
Informasi pertama ditangkap oleh rekaman indera yang diterima oleh masing-masing yakni komponen pertama dalam sistem daya ingat. Setelah itu informasi akan diberi perhatian dan dipindahkan dari rekaman indera ke daya ingat kerja. Daya ingat ini dibagi menjadi daya ingat jangka pendek dan daya ingat jangka panjang.
Daya ingat jangka pendek dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas hanya bertahan selama beberapa detik (hanya saat itu dipikirkan). Sedangkan daya ingat jangka panjang dapat menahan informasi dalam jumlah banyak atau dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama. Daya ingat jangka panjang ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya daya ingat episodik (dari pengalaman pribadi), daya ingat semantik (dari fakta dan pengetahuan umum), dan daya ingat prosedural (dari informasi dalam melakukan sesuatu). Model-model pengolahan informasi lain yang dapat diketahui selain model-model teori yang telah disebutkan diantaranya teori tingkat pengolahan, teori kode ganda, teori pengolahan sebaran paralel, dan model koneksionis.
Strategi daya ingat dapat diajarkan diantaranya dengan pembelajaran verbal (pembelajaran kata-kata), pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial (penghafalan serangkaian hal dalam suatu urutan tertentu), dan pembelajaran ingatan bebas (pembelajaran daftar hal dalam urutan sembarang).
Kemampuan metakognisi dapat membantu siswa dalam belajar. Metakognisi sendiri merupakan pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri  atau cara belajar, artinya siswa dapat diajarkan untuk menilai pemahaman pada diri sendiri dengan cara mencari tahu berapa banyak waktu yang akan mereka butuhkan untuk  mempelajari sesuatu dan memilih rencana tindakan yang efektif untuk mempelajari sesuatu.
4.      Meaningful Learning Theory
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.  Faktor intektual serta emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Aktif, konstruktif, disengaja, kooperatif, otentik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
5.      Developmental Approach
Tokohnya Jean Piaget dan Lev Vygotsky, mengembangkan pengetahuan  dan kognisi melalui serangkaian tahap perkembangan. Melalui penggunaan asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, egosentrisme untuk membangun skema. Belajar melalui proses dan tahap-tahap tiap perkembangan untuk membangun pengetahuan, interaksi dan kolaborasi sosial (bantuan orang  lain). Keterampilan pemecahan masalah. Guru sebagai fasilitator dengan memberi dukungan untuk mengeksplorasi menemukan pengetahuan.
6.      Social Formation Theory
Social Formation Theory diasumsikan pada theory activity, yakni anggapan bahwa individu berinteraksi dengan lingkungan mereka, yang kemudian individu tersebut menyibukkan diri dengan produk dan menggunakan alat untuk dapat menghasilkan. Teori aktivitas dimulai dengan gagasan melakukan aktivitas. Suatu kegiatan dipandang sebagai sistem manusia itu “melakukan” dimana subyek bekerja pada sebuah obyek untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Untuk melakukan hal ini, subyek menggunakan alat, yang mungkin eksternal (misal komputer) dan internal (misal gagasan/rencana).
Teori ini awalnya hanya menekankan pada iteraksi individu dengan lingkungan yaitu dapat berupa benda atau artefak yang berada di sekitarnya. (Yrjo Engestrom)





7.      Representation and Discovery Learning
Tokohnya yaitu Bruner, dimana siswa peserta didik aktif yang membangun pengetahuan mereka sendiri. Belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Dalam proses belajarnya siswa berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen sehingga mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan membimbing siswa untuk menemukan.
8.      Constructivist Approach
Tokoh konstruktivistik antara lain Jean Piaget, Lev Vygotsky, Jerome Bruner. Konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Dalam proses pembelajaran, siswa harus mendapatkan penekanan, aktif  mengembangkan pengetahuan mereka, dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu:
  1. Apersepsi: Menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
  2. Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui manipulasi benda langsung.
  3. Diskusi dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, Guru memfasilitasi dan memotivasi kelas.
  4. Pengembangan dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual melalui pengerjaan tugas atau proyek.
9.      Social Approach
Pendekatan sosial merupakan anggapan  bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori pendekatan sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.
Psikologi Sosial (penekatan Sosial) yang tertarik untuk mempelajari individu dalam konteks soial. Seperti keluarga, teman, dan lingkungan masyarakat. Perilaku sosial melibatkan aktivitas dalam suatu kelompok atau antar kelompok.
10.  Technological Approach
Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan memiliki tujuan yaitu membantu masalah-masalah yang terjadi terutama saat proses mengajar untuk mencapai target-target tertentu yang diinginkan, sesuai maksud dari teknologi pembelajaran yang merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usaha dan hasilnya.
Tokoh: Henry Braverman 1974, Donald A. Norman 1986. Pendekatan teknologi adalah desain user centered yang mengidentifikasi pengguna individu sebagai variabel fundamental yang kekuatan setiap desain tertentu. Tujuan dari desain ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem atau produk yang bermanfaat bagi calon pengguna. Syarat desain itu adalah memudahkan untuk menentukan tindakan apa yang mungkin setiap saat, membuathal-hal yang terlihat seperti konsep, tindakan dan hasil, memudahkan untuk mengevaluasi keadaan sistem saat ini, mengikuti link yang ada dan tindakan yang diperlukan.












Hubungan berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa

NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
1.

























Behaviorism Theory
























Thorndike, Pavlov, Skinner, Bandura, John Watson Gagne, Clark Hull, Edwin Guthrie, ,
·    Belajar adalah perubahan tingkah laku
·    Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
·     Mengikuti pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
·    Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
·    Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
·     Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati.
·     Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon

menganalisis perubahan perilaku yang dihasilkan dari rangsangan tertentu di lingkungan .
·     Stimulus – respon
·     siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes.
·     Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan belajaranya.
penghargaan dan pujian, untuk memperkuat perilaku positif dan hukuman untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan/negatif.
NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
























·         Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahauan dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum
·         Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
·         Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan pengutan (reinforcement).
·         Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah mendahului yang lebih sulit

NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
2.
Social Cognitive Theory
Albert Bandura
modeling
determinisme timbal balik
Perilaku manusia yang berkesinambungan antara pengaruh kognitif, perilaku, dan lingkungan semua beroperasi sebagai penentu berinteraksi satu sama lain
Ketika dilakukan permodelan 1. keterampilan kognitif baru dan perilaku; 2. diperkuat atau melemah hambatan dipelajari sebelumnya; 3. prompt sosial atau bujukan; 4. bagaimana menggunakan lingkungan; 5. ketika menjadi terangsang dan apa reaksi emosional untuk mengekspresikan.
Modelling
Self Efficacy
Identification
3.
Cognitive Information Processing
Jean Piaget, Lev
Vygotsky, Anderson, Tulving
Proses-proses kognitif seperti perhatian, memory, metakognisi, dan strategi kognitif.
·  orang memperhatikan peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan,
·  bagaimana mereka mengkodekan informasi bahwa dengan menghubungkannya dengan pengetahuan saat ini disimpan dalam memori,
·  bagaimana informasi baru disimpan dan akhirnya
Menulis/Mencatat
Menggaris Bawahi
Meringkas
Memetakan
Preview, Quotion, Read, Reflect, Recite, Review
Pembelajaran verbal, pembelajaran pasangan berkait, pembelajaran serial, pembelajaran ingatan bebas
analogi, elaborasi informasi, skema organisasional, teknik bertanya dan model konseptual
NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
4.
Meaningful 
    Learning Theory
David Paul Ausubel
Faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa
Menghubungkan konsep yang sudah dipelajari sebelumnya dengan informasi baru dan konsep-konsep yang relevan.
Faktor intektual serta emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Aktif, konstruktif, disengaja, kooperatif, otentik
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
5.
Developmental Approach
Jean Piaget, Lev Vygotsky
Mengembangkan pengetahuan  dan kognisi melalui serangkaian tahap perkembangan. Melalui penggunaan asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, egosentrisme untuk membangun skema.
Belajar melalui proses dan tahap-tahap tiap perkembangan untuk membangun pengetahuan, interaksi dan kolaborasi sosial (bantuan orang  lain)
Analitik, emodelan, dan simulasi
Keterampilan pemecahan masalah
Fasilitator dan motivator untuk mengeksplorasi menemukan pengetahuan
6
Social Formation Theory
Yrjo Engestrom
Siswa berinteraksi dengan lingkungan
Belajar merupakan kegiatan melakukan aktiitas yang dapat menggunakan alat eksternal maupun internal.
Artefak (secara fisik), lingkungan berbasis budaya (misalnya ethnomthematic yaitu matematika berbasis budaya), dan sampai pada perangkat pembelajaran yang lain
Portofolio
material
NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
7
Representation and Discovery learning
Bruner
siswa peserta didik aktif yang membangun pengetahuan mereka sendiri.


belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri

memfasilitasi proses pembelajaran
8
Constructivist Approach
Jean Piaget, Lev Vygotsky, Bruner,
·  Dalam proses pembelajaran, siswa harus mendapatkan penekanan, aktif  mengembangkan pengetahuan mereka, dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar.
·  Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan   kognitif siswa,
·  interaksinya dengan lingkungan,
·  mengutamakan pembelajaran yang
Belajar  tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya.
Apersepsi: Menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui manipulasi benda
Guru memfasilitasi dan memotivasi kelas.
Apersepsi: Menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep
NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
·  bersifat nyata dalam konteks yang relevan,
·  mengutamakan proses,
·  menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,
·  pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
langsung.
Diskusi dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya,
Pengembangan dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual melalui pengerjaan tugas atau proyek
yang dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui manipulasi benda langsung.
Diskusi dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya,
Pengembangan dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual melalui pengerjaan tugas atau proyek



NO
TEORI BELAJAR
TOKOH
PRINSIP BELAJAR
PENGERTIAN BELAJAR
AKTIVITAS SISWA
GURU
9
Social Approach
Karl Marx, Bandura, Skinner
Pendekatan perilaku dan sosial bertujuan untuk meningkatkan aktivitas fisik dengan:
·  Mengajarkan keterampilan perubahan perilaku
·  Memberikan dukungan sosial bagi orang-orang yang mencoba untuk memulai atau melanjutkan aktivitas fisik secara teratur
Intervensi mungkin melibatkan konseling individu atau kelompok, atau masuknya teman-teman dan keluarga.
· belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.
· belajar melalui perluasan dari pengkondisian operan,
· berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi.
· mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran
· perilaku seorang individu dipengaruhi oleh orang lain dan masyarakat
Siswa mengamati
Siswa mengalami melalui model, teman sebaya
Modeling
Fasilitator
Motinvator
10
Technological Approach
Henry Braverman, Donald A. Norman
Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan memiliki tujuan yaitu membantu masalah-masalah yang terjadi terutama saat proses mengajar untuk mencapai target-target tertentu yang diinginkan
teknologi pembelajaran yang merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usaha dan hasilnya
Melek IPTEK
Drill
Melakukan/praktek
Guru mendesain pembelajaran berbasis media/teknologi
Menfasiltasi pembelajaran di kelas, memotivasi pemebelajaran, improvisasi materi
 
Peta Konsep 2