umiwuryanti
Senin, 22 Juni 2015
Sabtu, 18 April 2015
Iceberg Sifat-sifat Benda Cair
PEMAHAMAN SIFAT BENDA CAIR BERBASIS LINGKUNGAN
(Contextual
Teaching and Learning)
Pembelajaran
yang berbasis lingkungan (Contextual
Teaching and Learning) dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi ajar yang dekat dengan kehidupan mereka, sehingga siswa
mampu membangun pengetahuannya berdasarkan fakta-fakta di sekitarnya.
Pemahaman
siswa terhadap sifat-sifat benda cair contohnya mampu mengkonstruksikan
pengetahuannya untuk menemukan hal-hal baru berdasarkan pengalamannya. Misal
melalui sifat benda cair mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah maka siswa yang di lingkungan pegunungan maka dapat memanfaatkan
lingkungannya untuk membuat kincir air guna PLTA.
(Semoga Bermanfaat)
Iceberg Pembagian Melalui RME
PEMAHAMAN PEMBAGIAN MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Prestasi
belajar siswa yang belum menunjukkan adanya peningkatan dan matematika yang
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok mendorong para
pendidik untuk memberikan banyak variasi mengajar melalui pendekatan matematika
yang mempermudah pemahaman siswa. Pembelajaran agar mempermudah pemahaman siswa
melalui pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik
telah banyak dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran. Karakteristik Matematika yang abstrak dan banyak yang tidak menyukainya
karena menyulitkan.
Pembelajaran
matematika realistik merupakan pendekatan
yang memanfaatkan realita/fakta dan lingkungan untuk mempermudah siswa dalam
memahami matematika. Fakta di lingkungan sekitar digunakan untuk mengawali
interaksi siswa agar menjadi lebih dekat dengannnya. Dalam kesempatannya itu siswa berinteraksi satu sama
lain sehingga dapat menemukan skema yang kemudian dapat membangun
pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan sendiri konsepnya.
Pembagian
merupakan penjumlahan berulang. Materi ini perlu adanya pemahaman konsep yang
benar melalui keterampilan proses yang diutamakan. Pembagian dapat diajarkan
melalui hal-hal yang dekat dengan siswa. Pemahaman konsep dan dibarengi dengan
pemahaman konteks yang terkait.
Iceberg Perkalian Melalui RME
PEMAHAMAN PERKALIAN MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Pembelajaran
matematika realistik telah banyak dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran. Matematika
yang mempunyai karakteristik materi yang
abstrak dan banyak yang tidak menyukainya karena menyulitkan. Para pendidik terdorong
untuk memberikan banyak variasi mengajar melalui pendekatan matematika yang
mempermudah pemahaman siswa. Sebagai contoh dapat dipergunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa yaitu
dengan pembelajaran matematika realistik.
Pembelajaran
matematika realistik merupakan pendekatan yang memanfaatkan realita/fakta dan
lingkungan untuk mempermudah siswa dalam memahami matematika. Fakta di
lingkungan sekitar digunakan untuk mengawali interaksi siswa agar menjadi lebih
dekat dengannnya. Dalam kesempatannya
itu siswa berinteraksi satu sama lain sehingga dapat menemukan skema yang
kemudian dapat membangun pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan
sendiri konsepnya.
Materi
perkalian seperti dicontohkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Materi ini perlu adanya pemahaman konsep yang benar melalui keterampilan proses
yang diutamakan. Perkalian dapat diajarkan melalui hal-hal yang dekat dengan
siswa. Pemahaman konsep dan dibarengi dengan pemahaman konteks yang terkait.
ICEBERG FPB MELALUI RME
PEMAHAMAN FPB MENGGUNAKAN RME
(Realistic Mathematics Education)
Pengembangan
pembelajaran matematika realistik telah banyak dilakukan. Karakteristik
matematika yang syarat dengan materi yang abstrak dan dianggap sebagai hal yang
sangat menyulitkan sehingga terdorong para pemerhati pendidikan untuk mengembangkan
pendekata matematika yang mempermudah pemahan siswa.
Salah
satu diantaranya yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu
dengan pembelajaran matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik
merupakan pendekatan yang memanfaatkan realita/fakta dan lingkungan untuk mempermudah
siswa dalam memahami matematika.
Berawal
dari fakta di lingkungan sekitar, siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi
satu sama lain sehingga dapat menemukan skema yang kemudian dapat membangun
pengetahuannya yang selanjutnya siswa mampu menemukan sendiri konsepnya.
Materi
Faktor Persekutuan Terbsar (FPB) seperti dicontohkan bahwa FPB diperoleh dengan
menggunakan faktor prima untuk menemukan serta penggunaannya dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh membagi 15 permen cerry dan
10 biskuit klop secara adil ke dalam kelompok kecil tanpa sisa dan rata semua
jenis. Sebelumnya siswa telah belajar tentang pemfaktoran dan faktor prima.
Senin, 13 April 2015
Peta Konsep Teori Belajar
Review berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa yang meliputi:
Behaviorism Theory, Social Cognitive Theory, Cognitive
Information Processing, Meaningful Learning Theory, Developmental
Approach, Social Formation Theory, Representation and Discovery Learning,
Constructivist Approach, Social Approach, dan Technological Approach.
1.
Behaviorism
Theory
a.
Pengertian dari Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
b.
Tokoh-tokoh teori behaviorisme
(1)
Edward Lee Torndike
Torndike menjelaskan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentiknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yag disebut dengan stimulus dan respon. Teori
belajar menurut Torndike disebut teori connectivism.
Dalam percobaan Torndike dilakukan pada kucing yang dilaparkan yang dimasukkan
pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila
tombol di dalam sangkar disentuh.
Hukum yang dikembangkan oleh Torndike, yaitu antara lain :
1.
Hukum Kesiapan (Law Of Raediness), jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang
kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehinggan asosiasi cenderung diperkuat.
2.
Hukum Latihan, semakin sering suatu
tingkahlaku dilatih atau digunakan maka asosiasinya semakin kuat.
3.
Hukum Akibat, yakni hubungan stimulus
dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya kurang memuaskan.
(2)
Ivan Petrovich Pavlov
Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan
memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli
tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perlaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang stimuli yang netral melahirkan respon
terkondisikan. Teori Pavlov tentang pelaziman klasik atau pengkondisian melalui percobaannya terhadap
anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.Kesimpulannya
ternyata individ dapat dikendalikan melalui mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapat pengulangan respon yang diinginkan.
(3)
John Watson
Menurut Watson respon apapun yang dilakukan merupakan jawaban terhadap
stimulus. Watson mempercayai bahwa perilaku manusia adalah hasil belajar
sehingga unsur lingungan sangat penting, dan Watson tidak mempercayai adanya
unsur hereditas (keturunan) sebagai penentu perilaku.
(4)
Burrhus Frederis Skinner
Skinner melalui percobaan dengan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak
yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan
yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur
nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk
keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping. Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
(5)
Edwin Ray Guthrie
Menurut Guthrie belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori Guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus
dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang
(6)
Robert Gagne
Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih
kompleks (belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar
konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan
pemecahan masalah). Prakteknya gaya
belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
(7)
Albert Bandura
Bandura dikenal dengan teori belajar sosial atau kognitif
sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
(8)
Clark Hull
Hull berpendirian bahwa Stimulus yang
disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu
mendorong timbulnya tingkah laku. Dorongan merupakan hal yang penting agar
terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar). Stimulus dan
respon harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat terjadi
(siswa harus mempunyai perhatian). Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan
(siswa harus aktif). Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat melalui
kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan siswa).
2.
Social
Cognitive Theory
Tokoh
Teori Kognitif Sosial yakni Albert Bandura. Konsep utama dari teori
kognitif sosial adalah pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar dengan
mengamati. Proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan
model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena prosesmodeling.
Modeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical
reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis.
Teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments"
- imbalan dan hukuman- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial. Efek
dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman
yang dijatuhkan pada model. Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan
pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah
perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku
trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau
efikasi diri.
3.
Cognitive
Information Processing
Informasi pertama ditangkap oleh rekaman indera yang diterima oleh
masing-masing yakni komponen pertama dalam sistem daya ingat. Setelah itu
informasi akan diberi perhatian dan dipindahkan dari rekaman indera ke daya
ingat kerja. Daya ingat ini dibagi menjadi daya ingat jangka pendek dan daya
ingat jangka panjang.
Daya ingat jangka pendek dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas
hanya bertahan selama beberapa detik (hanya saat itu dipikirkan). Sedangkan
daya ingat jangka panjang dapat menahan informasi dalam jumlah banyak atau
dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama. Daya ingat jangka panjang ini
terbagi menjadi tiga bagian diantaranya daya ingat episodik (dari pengalaman
pribadi), daya ingat semantik (dari fakta dan pengetahuan umum), dan daya ingat
prosedural (dari informasi dalam melakukan sesuatu). Model-model pengolahan
informasi lain yang dapat diketahui selain model-model teori yang telah
disebutkan diantaranya teori tingkat pengolahan, teori kode ganda, teori
pengolahan sebaran paralel, dan model koneksionis.
Strategi daya ingat dapat diajarkan diantaranya dengan pembelajaran verbal
(pembelajaran kata-kata), pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial
(penghafalan serangkaian hal dalam suatu urutan tertentu), dan pembelajaran
ingatan bebas (pembelajaran daftar hal dalam urutan sembarang).
Kemampuan metakognisi dapat membantu siswa dalam belajar. Metakognisi
sendiri merupakan pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau cara
belajar, artinya siswa dapat diajarkan untuk menilai pemahaman pada diri
sendiri dengan cara mencari tahu berapa banyak waktu yang akan mereka butuhkan
untuk mempelajari sesuatu dan memilih rencana tindakan yang efektif untuk
mempelajari sesuatu.
4.
Meaningful
Learning Theory
Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif
ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Faktor intektual serta emosional siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Aktif, konstruktif, disengaja,
kooperatif, otentik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk
menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,
Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
5.
Developmental
Approach
Tokohnya
Jean Piaget dan Lev Vygotsky, mengembangkan pengetahuan dan kognisi melalui serangkaian tahap
perkembangan. Melalui penggunaan asimilasi, akomodasi, ekuilibrium,
egosentrisme untuk membangun skema. Belajar melalui proses dan tahap-tahap tiap
perkembangan untuk membangun pengetahuan, interaksi dan kolaborasi sosial
(bantuan orang lain). Keterampilan
pemecahan masalah. Guru sebagai fasilitator dengan memberi dukungan untuk
mengeksplorasi menemukan pengetahuan.
6.
Social
Formation Theory
Social
Formation Theory diasumsikan pada theory activity, yakni anggapan bahwa
individu berinteraksi dengan lingkungan mereka, yang kemudian individu tersebut
menyibukkan diri dengan produk dan menggunakan alat untuk dapat menghasilkan.
Teori aktivitas dimulai dengan gagasan melakukan aktivitas. Suatu kegiatan
dipandang sebagai sistem manusia itu “melakukan” dimana subyek bekerja pada
sebuah obyek untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Untuk melakukan hal ini,
subyek menggunakan alat, yang mungkin eksternal (misal komputer) dan internal
(misal gagasan/rencana).
Teori
ini awalnya hanya menekankan pada iteraksi individu dengan lingkungan yaitu
dapat berupa benda atau artefak yang berada di sekitarnya. (Yrjo Engestrom)
7.
Representation
and Discovery Learning
Tokohnya
yaitu Bruner, dimana siswa peserta didik aktif yang membangun pengetahuan
mereka sendiri. Belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan. Dalam
proses belajarnya siswa berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen
sehingga mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Guru
dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan membimbing siswa untuk
menemukan.
8.
Constructivist
Approach
Tokoh konstruktivistik antara lain Jean Piaget, Lev Vygotsky, Jerome
Bruner. Konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal,
tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat
fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Dalam proses
pembelajaran, siswa harus mendapatkan penekanan, aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Kreativitas
dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan
kognitif siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan,
(2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman
sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Pembelajaran konstruktivisme meliputi
empat tahapan yaitu:
- Apersepsi: Menghubungkan
konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya
yang merupakan konsep prasyarat.
- Eksplorasi:
Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang dipalajari, menggali
menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui manipulasi benda langsung.
- Diskusi
dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan
tamuannya, Guru memfasilitasi dan memotivasi kelas.
- Pengembangan
dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep
esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual
melalui pengerjaan tugas atau proyek.
9.
Social
Approach
Pendekatan
sosial
merupakan anggapan bahwa orang-orang
dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung. Meskipun teori pendekatan sosial adalah perluasan dari pengkondisian
operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari
konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan
dan pentingnya persepsi
dalam pembelajaran.
Psikologi
Sosial (penekatan Sosial) yang tertarik untuk mempelajari individu dalam
konteks soial. Seperti keluarga, teman, dan lingkungan masyarakat. Perilaku
sosial melibatkan aktivitas dalam suatu kelompok atau antar kelompok.
10. Technological Approach
Pemanfaatan
teknologi dalam dunia pendidikan memiliki tujuan yaitu membantu masalah-masalah
yang terjadi terutama saat proses mengajar untuk mencapai target-target
tertentu yang diinginkan, sesuai maksud dari teknologi pembelajaran yang
merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu, yang pada
intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usaha dan hasilnya.
Tokoh: Henry Braverman 1974, Donald A. Norman 1986.
Pendekatan teknologi adalah desain user centered yang mengidentifikasi pengguna
individu sebagai variabel fundamental yang kekuatan setiap desain tertentu.
Tujuan dari desain ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem atau produk yang
bermanfaat bagi calon pengguna. Syarat desain itu adalah memudahkan untuk
menentukan tindakan apa yang mungkin setiap saat, membuathal-hal yang terlihat
seperti konsep, tindakan dan hasil, memudahkan untuk mengevaluasi keadaan
sistem saat ini, mengikuti link yang ada dan tindakan yang diperlukan.
Hubungan berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
1.
|
Behaviorism Theory
|
Thorndike, Pavlov, Skinner, Bandura, John Watson
Gagne, Clark Hull, Edwin Guthrie, ,
|
· Belajar adalah perubahan tingkah
laku
· Tingkah laku tersebut harus dapat
diamati
· Mengikuti pentingnya masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
· Fungsi mind atau fikiran adalah
untuk menciplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir
yang dapat dianalisis dan dipilah.
· Pembiasaan dan latihan menjadi
esensial dalam belajar.
· Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati.
· Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon
|
menganalisis perubahan perilaku yang dihasilkan dari
rangsangan tertentu di lingkungan .
|
· Stimulus – respon
· siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes.
|
penghargaan dan pujian, untuk memperkuat perilaku positif dan hukuman
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan/negatif.
|
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
·
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahauan dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum
·
Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang
berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
·
Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses
peniruan, pengulanagn dan pengutan (reinforcement).
·
Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit
demi sedikit, yang mudah mendahului yang lebih sulit
|
||||||
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
2.
|
Social Cognitive Theory
|
Albert Bandura
|
modeling
determinisme timbal balik
|
Perilaku manusia yang berkesinambungan antara
pengaruh kognitif, perilaku, dan lingkungan semua beroperasi sebagai penentu
berinteraksi satu sama lain
|
Ketika dilakukan permodelan 1. keterampilan kognitif
baru dan perilaku; 2. diperkuat atau melemah hambatan dipelajari sebelumnya;
3. prompt sosial atau bujukan; 4. bagaimana menggunakan lingkungan; 5. ketika
menjadi terangsang dan apa reaksi emosional untuk mengekspresikan.
|
Modelling
Self Efficacy
Identification
|
3.
|
Cognitive Information Processing
|
Jean Piaget, Lev
Vygotsky, Anderson, Tulving
|
Proses-proses kognitif seperti perhatian, memory,
metakognisi, dan strategi kognitif.
|
· orang memperhatikan peristiwa yang
terjadi di dalam lingkungan,
· bagaimana mereka mengkodekan
informasi bahwa dengan menghubungkannya dengan pengetahuan saat ini disimpan
dalam memori,
· bagaimana informasi baru disimpan
dan akhirnya
|
Menulis/Mencatat
Menggaris Bawahi
Meringkas
Memetakan
Preview, Quotion, Read, Reflect, Recite, Review
|
Pembelajaran verbal, pembelajaran pasangan berkait,
pembelajaran serial, pembelajaran ingatan bebas
analogi,
elaborasi informasi, skema organisasional, teknik bertanya dan model
konseptual
|
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
4.
|
Meaningful
Learning Theory |
David Paul Ausubel
|
Faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah
pengetahuan awal yang dimiliki siswa
|
Menghubungkan konsep yang sudah dipelajari
sebelumnya dengan informasi baru dan konsep-konsep yang relevan.
|
Faktor intektual serta emosional siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Aktif, konstruktif, disengaja, kooperatif,
otentik
|
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk
menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance
organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan
consolidation.
|
5.
|
Developmental Approach
|
Jean Piaget, Lev Vygotsky
|
Mengembangkan pengetahuan dan kognisi melalui
serangkaian tahap perkembangan. Melalui penggunaan asimilasi, akomodasi,
ekuilibrium, egosentrisme untuk membangun skema.
|
Belajar melalui proses dan tahap-tahap tiap
perkembangan untuk membangun pengetahuan, interaksi dan kolaborasi sosial
(bantuan orang lain)
|
Analitik, emodelan, dan simulasi
Keterampilan pemecahan masalah
|
Fasilitator dan motivator untuk mengeksplorasi menemukan pengetahuan
|
6
|
Social
Formation Theory
|
Yrjo Engestrom
|
Siswa berinteraksi dengan lingkungan
|
Belajar merupakan kegiatan melakukan aktiitas yang
dapat menggunakan alat eksternal maupun internal.
|
Artefak (secara fisik), lingkungan berbasis budaya
(misalnya ethnomthematic yaitu matematika berbasis budaya), dan sampai pada
perangkat pembelajaran yang lain
|
Portofolio
material
|
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
7
|
Representation
and Discovery learning
|
Bruner
|
siswa peserta didik aktif yang membangun pengetahuan
mereka sendiri.
|
belajar itu meliputi tiga
proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan,
dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
|
berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan
prinsip itu sendiri
|
memfasilitasi proses pembelajaran
|
8
|
Constructivist
Approach
|
Jean Piaget, Lev Vygotsky, Bruner,
|
· Dalam proses pembelajaran, siswa
harus mendapatkan penekanan, aktif mengembangkan pengetahuan mereka,
dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar.
· Kreativitas dan keaktifan siswa
akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif
siswa,
· interaksinya dengan lingkungan,
· mengutamakan pembelajaran yang
|
Belajar
tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun
pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang
mereka alami dalam kehidupannya.
|
Apersepsi: Menghubungkan konsepsi awal,
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan
konsep prasyarat.
Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara
terhadap konsep yang dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep
dapat melalui manipulasi benda
|
Guru
memfasilitasi dan memotivasi kelas.
Apersepsi: Menghubungkan konsepsi awal,
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan
konsep prasyarat.
Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara
terhadap konsep
|
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
· bersifat nyata dalam konteks yang
relevan,
· mengutamakan proses,
· menanamkan pembelajaran dalam
konteks pengalaman sosial,
· pembelajaran dilakukan dalam upaya
mengkonstruksi pengalaman
|
langsung.
Diskusi
dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan
tamuannya,
Pengembangan
dan Aplikasi: Pemberikan
penekanan terhadap konsep-konsep esensial, merumuskan kesimpulan dan
menerapkan pemahaman konseptual melalui pengerjaan tugas atau proyek
|
yang
dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui
manipulasi benda langsung.
Diskusi
dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan
tamuannya,
Pengembangan
dan Aplikasi: Pemberikan
penekanan terhadap konsep-konsep esensial, merumuskan kesimpulan dan
menerapkan pemahaman konseptual melalui pengerjaan tugas atau proyek
|
||||
NO
|
TEORI BELAJAR
|
TOKOH
|
PRINSIP
BELAJAR
|
PENGERTIAN
BELAJAR
|
AKTIVITAS
SISWA
|
GURU
|
9
|
Social
Approach
|
Karl Marx, Bandura, Skinner
|
Pendekatan perilaku dan sosial bertujuan untuk meningkatkan aktivitas
fisik dengan:
· Mengajarkan
keterampilan perubahan perilaku
· Memberikan
dukungan sosial bagi orang-orang yang mencoba untuk memulai atau melanjutkan
aktivitas fisik secara teratur
Intervensi
mungkin melibatkan konseling individu atau kelompok, atau masuknya
teman-teman dan keluarga.
|
· belajar
melalui perluasan dari pengkondisian operan,
· berasumsi
bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi.
· perilaku seorang individu
dipengaruhi oleh orang lain dan masyarakat
|
Siswa mengamati
Siswa mengalami melalui model, teman sebaya
|
Modeling
Fasilitator
Motinvator
|
10
|
Technological
Approach
|
Henry Braverman, Donald A. Norman
|
Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan
memiliki tujuan yaitu membantu masalah-masalah yang terjadi terutama saat
proses mengajar untuk mencapai target-target tertentu yang diinginkan
|
teknologi pembelajaran yang merupakan sistem yang
diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu, yang pada intinya adalah
mempermudah manusia dalam memperingan usaha dan hasilnya
|
Melek IPTEK
Drill
Melakukan/praktek
|
Guru mendesain pembelajaran berbasis media/teknologi
Menfasiltasi pembelajaran di kelas, memotivasi pemebelajaran,
improvisasi materi
|
Peta Konsep 2
| |||
Langganan:
Postingan (Atom)