Review berbagai macam Teori Belajar/Alur Pikir siswa yang meliputi:
Behaviorism Theory, Social Cognitive Theory, Cognitive
Information Processing, Meaningful Learning Theory, Developmental
Approach, Social Formation Theory, Representation and Discovery Learning,
Constructivist Approach, Social Approach, dan Technological Approach.
1.
Behaviorism
Theory
a.
Pengertian dari Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
b.
Tokoh-tokoh teori behaviorisme
(1)
Edward Lee Torndike
Torndike menjelaskan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentiknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yag disebut dengan stimulus dan respon. Teori
belajar menurut Torndike disebut teori connectivism.
Dalam percobaan Torndike dilakukan pada kucing yang dilaparkan yang dimasukkan
pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila
tombol di dalam sangkar disentuh.
Hukum yang dikembangkan oleh Torndike, yaitu antara lain :
1.
Hukum Kesiapan (Law Of Raediness), jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang
kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehinggan asosiasi cenderung diperkuat.
2.
Hukum Latihan, semakin sering suatu
tingkahlaku dilatih atau digunakan maka asosiasinya semakin kuat.
3.
Hukum Akibat, yakni hubungan stimulus
dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya kurang memuaskan.
(2)
Ivan Petrovich Pavlov
Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan
memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli
tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perlaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang stimuli yang netral melahirkan respon
terkondisikan. Teori Pavlov tentang pelaziman klasik atau pengkondisian melalui percobaannya terhadap
anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.Kesimpulannya
ternyata individ dapat dikendalikan melalui mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapat pengulangan respon yang diinginkan.
(3)
John Watson
Menurut Watson respon apapun yang dilakukan merupakan jawaban terhadap
stimulus. Watson mempercayai bahwa perilaku manusia adalah hasil belajar
sehingga unsur lingungan sangat penting, dan Watson tidak mempercayai adanya
unsur hereditas (keturunan) sebagai penentu perilaku.
(4)
Burrhus Frederis Skinner
Skinner melalui percobaan dengan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak
yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan
yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur
nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk
keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping. Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
(5)
Edwin Ray Guthrie
Menurut Guthrie belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori Guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus
dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang
(6)
Robert Gagne
Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih
kompleks (belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar
konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan
pemecahan masalah). Prakteknya gaya
belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
(7)
Albert Bandura
Bandura dikenal dengan teori belajar sosial atau kognitif
sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
(8)
Clark Hull
Hull berpendirian bahwa Stimulus yang
disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu
mendorong timbulnya tingkah laku. Dorongan merupakan hal yang penting agar
terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar). Stimulus dan
respon harus dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat terjadi
(siswa harus mempunyai perhatian). Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan
(siswa harus aktif). Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat melalui
kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan siswa).
2.
Social
Cognitive Theory
Tokoh
Teori Kognitif Sosial yakni Albert Bandura. Konsep utama dari teori
kognitif sosial adalah pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar dengan
mengamati. Proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan
model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena prosesmodeling.
Modeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical
reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis.
Teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments"
- imbalan dan hukuman- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial. Efek
dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman
yang dijatuhkan pada model. Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan
pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah
perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku
trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau
efikasi diri.
3.
Cognitive
Information Processing
Informasi pertama ditangkap oleh rekaman indera yang diterima oleh
masing-masing yakni komponen pertama dalam sistem daya ingat. Setelah itu
informasi akan diberi perhatian dan dipindahkan dari rekaman indera ke daya
ingat kerja. Daya ingat ini dibagi menjadi daya ingat jangka pendek dan daya
ingat jangka panjang.
Daya ingat jangka pendek dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas
hanya bertahan selama beberapa detik (hanya saat itu dipikirkan). Sedangkan
daya ingat jangka panjang dapat menahan informasi dalam jumlah banyak atau
dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama. Daya ingat jangka panjang ini
terbagi menjadi tiga bagian diantaranya daya ingat episodik (dari pengalaman
pribadi), daya ingat semantik (dari fakta dan pengetahuan umum), dan daya ingat
prosedural (dari informasi dalam melakukan sesuatu). Model-model pengolahan
informasi lain yang dapat diketahui selain model-model teori yang telah
disebutkan diantaranya teori tingkat pengolahan, teori kode ganda, teori
pengolahan sebaran paralel, dan model koneksionis.
Strategi daya ingat dapat diajarkan diantaranya dengan pembelajaran verbal
(pembelajaran kata-kata), pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial
(penghafalan serangkaian hal dalam suatu urutan tertentu), dan pembelajaran
ingatan bebas (pembelajaran daftar hal dalam urutan sembarang).
Kemampuan metakognisi dapat membantu siswa dalam belajar. Metakognisi
sendiri merupakan pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri atau cara
belajar, artinya siswa dapat diajarkan untuk menilai pemahaman pada diri
sendiri dengan cara mencari tahu berapa banyak waktu yang akan mereka butuhkan
untuk mempelajari sesuatu dan memilih rencana tindakan yang efektif untuk
mempelajari sesuatu.
4.
Meaningful
Learning Theory
Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif
ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Faktor intektual serta emosional siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Aktif, konstruktif, disengaja,
kooperatif, otentik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk
menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,
Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
5.
Developmental
Approach
Tokohnya
Jean Piaget dan Lev Vygotsky, mengembangkan pengetahuan dan kognisi melalui serangkaian tahap
perkembangan. Melalui penggunaan asimilasi, akomodasi, ekuilibrium,
egosentrisme untuk membangun skema. Belajar melalui proses dan tahap-tahap tiap
perkembangan untuk membangun pengetahuan, interaksi dan kolaborasi sosial
(bantuan orang lain). Keterampilan
pemecahan masalah. Guru sebagai fasilitator dengan memberi dukungan untuk
mengeksplorasi menemukan pengetahuan.
6.
Social
Formation Theory
Social
Formation Theory diasumsikan pada theory activity, yakni anggapan bahwa
individu berinteraksi dengan lingkungan mereka, yang kemudian individu tersebut
menyibukkan diri dengan produk dan menggunakan alat untuk dapat menghasilkan.
Teori aktivitas dimulai dengan gagasan melakukan aktivitas. Suatu kegiatan
dipandang sebagai sistem manusia itu “melakukan” dimana subyek bekerja pada
sebuah obyek untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Untuk melakukan hal ini,
subyek menggunakan alat, yang mungkin eksternal (misal komputer) dan internal
(misal gagasan/rencana).
Teori
ini awalnya hanya menekankan pada iteraksi individu dengan lingkungan yaitu
dapat berupa benda atau artefak yang berada di sekitarnya. (Yrjo Engestrom)
7.
Representation
and Discovery Learning
Tokohnya
yaitu Bruner, dimana siswa peserta didik aktif yang membangun pengetahuan
mereka sendiri. Belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan. Dalam
proses belajarnya siswa berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen
sehingga mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Guru
dapat memfasilitasi proses pembelajaran dengan membimbing siswa untuk
menemukan.
8.
Constructivist
Approach
Tokoh konstruktivistik antara lain Jean Piaget, Lev Vygotsky, Jerome
Bruner. Konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal,
tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat
fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Dalam proses
pembelajaran, siswa harus mendapatkan penekanan, aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Kreativitas
dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan
kognitif siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan,
(2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman
sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Pembelajaran konstruktivisme meliputi
empat tahapan yaitu:
- Apersepsi: Menghubungkan
konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya
yang merupakan konsep prasyarat.
- Eksplorasi:
Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang dipalajari, menggali
menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui manipulasi benda langsung.
- Diskusi
dan Penjelasan Konsep: Mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan
tamuannya, Guru memfasilitasi dan memotivasi kelas.
- Pengembangan
dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep
esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual
melalui pengerjaan tugas atau proyek.
9.
Social
Approach
Pendekatan
sosial
merupakan anggapan bahwa orang-orang
dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung. Meskipun teori pendekatan sosial adalah perluasan dari pengkondisian
operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari
konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan
dan pentingnya persepsi
dalam pembelajaran.
Psikologi
Sosial (penekatan Sosial) yang tertarik untuk mempelajari individu dalam
konteks soial. Seperti keluarga, teman, dan lingkungan masyarakat. Perilaku
sosial melibatkan aktivitas dalam suatu kelompok atau antar kelompok.
10. Technological Approach
Pemanfaatan
teknologi dalam dunia pendidikan memiliki tujuan yaitu membantu masalah-masalah
yang terjadi terutama saat proses mengajar untuk mencapai target-target
tertentu yang diinginkan, sesuai maksud dari teknologi pembelajaran yang
merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu, yang pada
intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usaha dan hasilnya.
Tokoh: Henry Braverman 1974, Donald A. Norman 1986.
Pendekatan teknologi adalah desain user centered yang mengidentifikasi pengguna
individu sebagai variabel fundamental yang kekuatan setiap desain tertentu.
Tujuan dari desain ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem atau produk yang
bermanfaat bagi calon pengguna. Syarat desain itu adalah memudahkan untuk
menentukan tindakan apa yang mungkin setiap saat, membuathal-hal yang terlihat
seperti konsep, tindakan dan hasil, memudahkan untuk mengevaluasi keadaan
sistem saat ini, mengikuti link yang ada dan tindakan yang diperlukan.