Sabtu, 11 April 2015

DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY

DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN
LEARNING TRAJECTORY

Sebuah pengantar yang berguna untuk pekerjaan saat ini dan berpikir tentang learning trajectory  untuk pendidikan matematika khusunya.  Penjelasan mengapa kita harus peduli tentang pertanyaan-pertanyaan ini. Sebuah strategi untuk bagaimana untuk berpikir tentang apa yang sedang dicoba di lapangan, penanaman konsep  yang bervariasi, dan  mungkin membingungkan, cara di mana istilah learning trajectory, perkembangan, belajar, mengajar, dan sebagainya, yang digunakan oleh komunitas pendidikan .
Proses Belajar Mengajar pada siswa ada istilah yang disebut dengan learning trajectory dan  teaching trajectory.  Keduanya berpangkal dari pada seorang guru memahami cara belajar peserta didik, memahami perkembangan perserta didik dan bagaimana guru mampu merancang pembelajaran dikelas sesuai dengan temuan-temuan berdasarkan ciri-ciri dan temuan-temuanya di dalam kelas.
Mereka memberikan dasar empiris untuk pilihan tentang kapan untuk mengajarkan apa kepada siapa.  Learning trajectory  mengidentifikasi titik arah kunci di sepanjang jalan di mana pengetahuan dan keterampilan siswa cenderung tumbuh dan berkembang dalam mata pelajaran di sekolah. Dalam pendidikan matematika, progresi ini lebih sering diberi label learning trajectory. Learning trajectory didukung secara empiris hipotesis tentang tingkat atau titik arah pemikiran, pengetahuan, dan keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, bahwa siswa cenderung untuk pergi melalui ketika mereka belajar matematika dan, satu harapan, mencapai atau melebihi tujuan bersama yang ditetapkan untuk belajar mereka.  Learning trajectory  melibatkan hipotesis kedua tentang urutan dan sifat langkah-langkah dalam pertumbuhan pemahaman matematika siswa, dan tentang sifat dari pengalaman pembelajaran yang mungkin mendukung mereka dalam bergerak langkah demi langkah menuju tujuan matematika sekolah.
Learning trajectory mengisyaratkan kita pada bentuk  refleksi guru dalam pembelajaran dan bagaimana guru memperbaiki pembelajaran agar dapat lebih bermakna bagi siswa yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan teaching trajectory merupakan bagaiamana guru membelajarakan dan  learning trajectory merupakan  praktek guru tentang teori-teori yang ada untuk menyesuaikan perkembangan fisik ataupun kognitif peserta didik.  
Learning trajectory  maupun teaching trajectory terdiri atas  bentuk material, formal, normatif dan spiritual. Learning trajectory dalam  bentuk material, wujudnya bentuk  berupa konteks dan konten dimana konteks bias berupa artefak (secara fisik), lingkungan berbasis budaya (misalnya ethnomthematic yaitu matematika berbasis budaya), dan sampai pada perangkat pembelajaran yang lain.  Bentuk formal learning trajectory dengan wujud berupa dokumen resmi yang mencakup UUD 1945, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS dan sebagainya. Dalam bentuk normatif, dapat berupa buku, makalah ilmiah, penelitian, jurnal, sampai pengetahuan tentang filsafat  yang meliputi hakikat, metode, etik dan estetik. Dimana hakikat terdiri atas dua, yaitu wadah dan isi. Tiada wadah yang tidak mempunyai isi, sebaliknya tiada isi yang tidak ada wadahnya. Dalam bentuk spiritual, mulai dari  syariat, hakikat, dan makrifat. Jadi untuk mengetahui ciri cara berpikir seorang diri siswa, siswa sebagai warga negara, haknya memperoleh hak pendidikan, kesejahteraan, keselamatan, kecerdasan, dan sebagainya dengan dieksplor, diselidiki dan diteliti bagaimana kedudukan siswa dalam hakiketnya. Filsafat merentang dari lingkungan budaya Indonesia atau budaya Jawa secara filosofis mengenal tiga istilah “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani”.
Perangkat Material digali dan dieksplor dalam bentuk filsafat, paradigma, atau teori sehingga konten  material/fenomena atau data/pengalaman siswa melalui penelitian, kemudian diolah melalui teori dan praktek. Melalui interaksi antara siswa dan guru dengan menggunakan teori-teori yang ada. Untuk menawarkan definisi kerja konsep learning trajectory  dalam matematika dan merefleksikan status intelektual konsep dan kegunaannya untuk kebijakan dan praktek. Ini mempertimbangkan potensi learning trajectory  dan progresi untuk menginformasikan perkembangan dari penilaian yang lebih berguna dan mendukung praktek penilaian formatif yang lebih efektif, untuk menginformasikan  pemahaman siswa guru terus-menerus desain ulang standar isi matematika dan kinerja, dan untuk mendukung pembelajaran dengan cara yang dapat memperkuat kemampuan mereka untuk memberikan instruksi adaptif.
Konsep learning trajectory menawarkan salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendefinisikan  yang siswa mungkin pada, atau harus ada pada proses belajar dapat menginformasikan guru tentang apa yang diharapkan dari peserta didik.
            Guru berperan untuk memberikan fasilitas, kesempatan, ruang dan waktu kepada siswa agar siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa dipaksa dan dapat berkembang lebih baik. Dalam teori Jean Piaget tentang perkembangan, bahwa siswa usia 7-11 tahun yaitu usia anak pada masa sekolah dasar yang masuk pada tahap operasional konkret. Dimana ciri anak pada tahap ini adalah mampu berpikir secara logis dan sisitematis tentang simbol yang berkaitan dengan benda-benda konkrit. Guru seharusnya mampu  mengetahui dan mampu membangun kehidupannya sendiri. Guru dapat melakukan  untuk peserta didik pada tahap ini menurut Piaget adalah:

  1. Guru terus menggunakan alat peraga konkret dan alat bantu visual dalam Proses Belajar Mengajar.
  2. Guru terus memberikan peserta didik kesempatan untuk memanipulasi objek dan menguji ide-ide mereka sesuai apresepsi peserta didik, dengan memberikan kesempatan siswa  untuk mengklasifikasikan dan mengelompokan objek tentang ide-ide pada tingkatan yang semakin kompleks
  3. Guru dapat juga menggunakan matematika realistik untuk membelajarkan siswa melalui lingkungannya.
  4. Guru dapat menggunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa untuk membantu menjelaskan ide-ide yang lebih kompleks sehingga siswa akan memiliki titik awal untuk asimilasi informasi baru
  5. Guru menyajikan masalah yang membutuhkan pemikiran logis serta membutuhkan pemikiran analitis bagi siswa untuk memecahkannya permasalahan.
Pembelajaran terjadi dan membangun dari waktu ke waktu, dan instruksi yang harus memperhitungkan apa yang telah terjadi sebelumnya dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka berbagi dengan tradisional "lingkup dan urutan" lebih pendekatan untuk pengembangan kurikulum. Di mana mereka berbeda dalam sejauh mana hipotesis mereka berakar pada studi empiris sebenarnya cara di mana pemikiran siswa tumbuh dalam menanggapi pengalaman instruksional relatif tertentu, sebagai lawan yang didasarkan terutama dalam logika disiplin matematika dan kebijaksanaan konvensional praktek. Dengan berfokus pada identifikasi kelompok yang signifikan dan dikenali konsep dan koneksi dalam berpikir siswa yang mewakili langkah kunci ke depan, learning trajectory  menawarkan dasar yang lebih kuat untuk menggambarkan tujuan sementara.

Konsep-konsep atau teori yang ada (Piaget, Connectivism, Vygotsky, Kontruksional Sosial ) menyebut bahwa belajar dan pengetahuan berada dalam jaringan.  Pada dasarnya kegiatan peserta didik dalam  Proses Belajar Mengajar melalui interaksi, kegiatan sosial dan pembelajaran kolaboratif dapat terjadi.  Sesuai keinginan pemerintah kita untuk menerapkan kurikulum 2013 dimana pembelajaran yang dilakukan melalui tema-tema dan pendekatan yang digunakan adalah saintifik, dimana anak diharapkan untuk menemukan sendiri dan membangun sendiri pengetahuannya sehingga menjadi lebih bermakna dengan ini guru berperan hanya sebagai fasilitator dan motivator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar