DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN
LEARNING TRAJECTORY
Sebuah
pengantar yang berguna untuk pekerjaan saat ini dan berpikir tentang learning trajectory untuk pendidikan matematika khusunya. Penjelasan mengapa kita harus peduli tentang pertanyaan-pertanyaan
ini. Sebuah strategi untuk bagaimana untuk berpikir tentang apa yang sedang
dicoba di lapangan, penanaman konsep yang bervariasi, dan mungkin membingungkan, cara di mana istilah learning trajectory, perkembangan, belajar,
mengajar, dan sebagainya, yang digunakan oleh komunitas pendidikan .
Proses
Belajar Mengajar pada siswa ada istilah yang disebut dengan learning trajectory dan teaching
trajectory. Keduanya berpangkal dari
pada seorang guru memahami cara belajar peserta didik, memahami perkembangan
perserta didik dan bagaimana guru mampu merancang pembelajaran dikelas sesuai
dengan temuan-temuan berdasarkan ciri-ciri dan temuan-temuanya di dalam kelas.
Mereka
memberikan dasar empiris untuk pilihan tentang kapan untuk mengajarkan apa
kepada siapa. Learning trajectory mengidentifikasi
titik arah kunci di sepanjang jalan di mana pengetahuan dan keterampilan siswa
cenderung tumbuh dan berkembang dalam mata pelajaran di sekolah. Dalam
pendidikan matematika, progresi ini lebih sering diberi label learning trajectory. Learning trajectory didukung secara
empiris hipotesis tentang tingkat atau titik arah pemikiran, pengetahuan, dan
keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, bahwa siswa cenderung untuk pergi
melalui ketika mereka belajar matematika dan, satu harapan, mencapai atau
melebihi tujuan bersama yang ditetapkan untuk belajar mereka. Learning
trajectory melibatkan hipotesis
kedua tentang urutan dan sifat langkah-langkah dalam pertumbuhan pemahaman
matematika siswa, dan tentang sifat dari pengalaman pembelajaran yang mungkin mendukung
mereka dalam bergerak langkah demi langkah menuju tujuan matematika sekolah.
Learning trajectory
mengisyaratkan kita pada bentuk refleksi
guru dalam pembelajaran dan bagaimana guru memperbaiki pembelajaran agar dapat
lebih bermakna bagi siswa yang sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan teaching trajectory merupakan bagaiamana
guru membelajarakan dan learning trajectory merupakan praktek guru tentang teori-teori yang ada
untuk menyesuaikan perkembangan fisik ataupun kognitif peserta didik.
Learning trajectory maupun teaching
trajectory terdiri atas bentuk material,
formal, normatif dan spiritual. Learning
trajectory dalam bentuk material,
wujudnya bentuk berupa konteks dan
konten dimana konteks bias berupa artefak (secara fisik), lingkungan berbasis budaya
(misalnya ethnomthematic yaitu matematika berbasis budaya), dan sampai pada
perangkat pembelajaran yang lain. Bentuk
formal learning trajectory dengan
wujud berupa dokumen resmi yang mencakup UUD 1945, Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS dan sebagainya. Dalam bentuk
normatif, dapat berupa buku, makalah ilmiah, penelitian, jurnal, sampai
pengetahuan tentang filsafat yang
meliputi hakikat, metode, etik dan estetik. Dimana hakikat terdiri atas dua,
yaitu wadah dan isi. Tiada wadah yang tidak mempunyai isi, sebaliknya tiada isi
yang tidak ada wadahnya. Dalam bentuk spiritual, mulai dari syariat, hakikat, dan makrifat. Jadi untuk mengetahui
ciri cara berpikir seorang diri siswa, siswa sebagai warga negara, haknya
memperoleh hak pendidikan, kesejahteraan, keselamatan, kecerdasan, dan
sebagainya dengan dieksplor, diselidiki dan diteliti bagaimana kedudukan siswa
dalam hakiketnya. Filsafat merentang dari lingkungan budaya Indonesia atau
budaya Jawa secara filosofis mengenal tiga istilah “Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani”.
Perangkat
Material digali dan dieksplor dalam bentuk filsafat, paradigma, atau teori
sehingga konten material/fenomena atau
data/pengalaman siswa melalui penelitian, kemudian diolah melalui teori dan
praktek. Melalui interaksi antara siswa dan guru dengan menggunakan teori-teori
yang ada. Untuk menawarkan definisi kerja konsep learning trajectory dalam
matematika dan merefleksikan status intelektual konsep dan kegunaannya untuk
kebijakan dan praktek. Ini mempertimbangkan potensi learning trajectory dan
progresi untuk menginformasikan perkembangan dari penilaian yang lebih berguna
dan mendukung praktek penilaian formatif yang lebih efektif, untuk
menginformasikan pemahaman siswa guru
terus-menerus desain ulang standar isi matematika dan kinerja, dan untuk
mendukung pembelajaran dengan cara yang dapat memperkuat kemampuan mereka untuk
memberikan instruksi adaptif.
Konsep
learning trajectory menawarkan salah
satu pendekatan yang menjanjikan untuk mengembangkan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan yang
siswa mungkin pada, atau harus ada pada proses belajar dapat menginformasikan
guru tentang apa yang diharapkan dari peserta didik.
Guru berperan untuk memberikan
fasilitas, kesempatan, ruang dan waktu kepada siswa agar siswa mampu membangun
sendiri pengetahuannya sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik
sehingga peserta didik tidak merasa dipaksa dan dapat berkembang lebih baik. Dalam
teori Jean Piaget tentang perkembangan, bahwa siswa usia 7-11 tahun yaitu usia
anak pada masa sekolah dasar yang masuk pada tahap operasional konkret. Dimana
ciri anak pada tahap ini adalah mampu berpikir secara logis dan sisitematis
tentang simbol yang berkaitan dengan benda-benda konkrit. Guru seharusnya mampu
mengetahui dan mampu membangun
kehidupannya sendiri. Guru dapat melakukan untuk peserta didik pada tahap ini menurut
Piaget adalah:
- Guru terus menggunakan alat peraga konkret dan alat bantu visual dalam Proses Belajar Mengajar.
- Guru terus memberikan peserta didik kesempatan untuk memanipulasi objek dan menguji ide-ide mereka sesuai apresepsi peserta didik, dengan memberikan kesempatan siswa untuk mengklasifikasikan dan mengelompokan objek tentang ide-ide pada tingkatan yang semakin kompleks
- Guru dapat juga menggunakan matematika realistik untuk membelajarkan siswa melalui lingkungannya.
- Guru dapat menggunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa untuk membantu menjelaskan ide-ide yang lebih kompleks sehingga siswa akan memiliki titik awal untuk asimilasi informasi baru
- Guru menyajikan masalah yang membutuhkan pemikiran logis serta membutuhkan pemikiran analitis bagi siswa untuk memecahkannya permasalahan.
Pembelajaran
terjadi dan membangun dari waktu ke waktu, dan instruksi yang harus
memperhitungkan apa yang telah terjadi sebelumnya dan apa yang akan terjadi
selanjutnya. Mereka berbagi dengan tradisional "lingkup dan urutan"
lebih pendekatan untuk pengembangan kurikulum. Di mana mereka berbeda dalam
sejauh mana hipotesis mereka berakar pada studi empiris sebenarnya cara di mana
pemikiran siswa tumbuh dalam menanggapi pengalaman instruksional relatif
tertentu, sebagai lawan yang didasarkan terutama dalam logika disiplin
matematika dan kebijaksanaan konvensional praktek. Dengan berfokus pada
identifikasi kelompok yang signifikan dan dikenali konsep dan koneksi dalam
berpikir siswa yang mewakili langkah kunci ke depan, learning trajectory menawarkan
dasar yang lebih kuat untuk menggambarkan tujuan sementara.
Konsep-konsep
atau teori yang ada (Piaget, Connectivism, Vygotsky, Kontruksional Sosial ) menyebut
bahwa belajar dan pengetahuan berada dalam jaringan. Pada dasarnya kegiatan peserta didik
dalam Proses Belajar Mengajar melalui
interaksi, kegiatan sosial dan pembelajaran kolaboratif dapat terjadi. Sesuai keinginan pemerintah kita untuk
menerapkan kurikulum 2013 dimana pembelajaran yang dilakukan melalui tema-tema
dan pendekatan yang digunakan adalah saintifik, dimana anak diharapkan untuk
menemukan sendiri dan membangun sendiri pengetahuannya sehingga menjadi lebih
bermakna dengan ini guru berperan hanya sebagai fasilitator dan motivator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar