Senin, 06 April 2015

KOMENTAR VIDEO PEBELAJARAN DI JEPANG


UMI WURYANTI
1471 225 9009
P2TK DIKDAS

I.            Komentar/tanggapan terkait video :
Team teaching merupakan tim pengajar, yang mana siswa dapat terbantu dalam melakukan kegiatan matematika. Pendampingan terhadap siswa sangat membantu dalam siswa melakukan kegiatan belajarnya. Guru membimbing siswa dalam memahami pola-pola perkalian dasar yang sedang mereka lalukan. Guru melalui pendampingannya  mampu menghidupkan proses diskusi siswa dalam kelompok belajar, sehingga siswa merasa dekat dengan guru yang adapt membantunya dalam memahami materi dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Dalam team teaching guru mampu memancing siswanya untuk berpikir kritis dan berpendapat. Pendampingan terhadap masing-masing siswa tercipta dengan bak sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan benalarnya dengan baik. Team teaching menuntut adanya skenario yang benar-benar guru harus menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam proses belajarnya. Siswa secara mandiri tidak terasa tergiring untuk menemukan sendiri pengetahuan-pengetahun itu melalui media bantu dari guru. Siswa menjadi lebih terbantu akan adanya media yang mempermudah siswa memahami perkalian tersebut pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru terbuka atas pemikiran siswa dan pendapat/pemahaman siswa. Dengan demikian siswa lebih bebas untuk mengekspresikan pemikirannya sehingga mampu mengeksplorasi potensi anak secara optimal. Setelah pembelajaran pun dilakukan penegasan kesimpulan dari kegiatan yang telah berlangsung dan adanya refleksi dari guru maupun dari siswanya.

  II.          Pertanyaan :
Kemampuan siswa dalam satu kelas tentulah beraneka ragam, terdapat anak yang cepat menangkap/ dan paham akan tetapi ada pula yang lambat paham. Bagaimanakah melalui team teaching menyikapi hal tersebut?
Pembelajaran yang berhasil tentulah pembelajaran yang dapat mengubah tingkah laku. Untuk keberhasilannya maka dibutuhkan persiapan yang baik untuk menciptakan kegiatan yang sesuai harapan dan tujuannya. Bagaimanakah cara mensiasati untuk mempersiapkan kegiatan  pembelajaran yang membutuhkan media yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran?
Bagaimanakah cara untuk membangkitkan self efficacy siswa?


III.     Kelebihan dan kekurangan metode dan perangkat pembelajaran lainnya yag selama ini 
        saya praktikkan
Kegiatan belajar mengajar yang selama ini saya lakukan masih terpancang pada guru sebagai satu satunya sumber dan yang aktif di dalam kelas. Siswa masih tergantung untuk selalu diarahkan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sesuai aba-aba dan perintah dari guru. Metode berbasis lingkungan secara kontekstual telah saya lakukan dan hasilnya cukup membantu meskipun siswa belum mampu menemukan pengetahuan atau konsep secara mandiri. Hal itu dikarenakan siswa masih saja dijejali dengan pengetahuan atu konsep yang sudah matang dari guru, sebagai akibatnya kreatifitas dan pole berpikir kritis masih jauh dan siswa hanya mampu berpikir sesaat pada waktu itu, dan selanjutnya banyak yang lupa sudah tidak ingat lagi apa yang sudah mereka pelajari. Metode ceramah konvensional dan diskusi bebas juga saya lakukan akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan, karena adanya teaching center sangat mendominasi pada kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan media/alat bantu untuk pembelajaran juga saya lakukan dan penggunaan benda-benda yang ada di sekeliling siswa, dengan alasan mudah untuk dirancang dan ditemukan di lingkungan sekitar siswa. Penggunaan media gambar pun sering juga saya gunakan karena penyediaan media yang detail sering terganjal dan membutuhkan persiapan dan waktu yang ekstra. Meskipun alasan itu tidak dapat membenarkan atas apa yang saya lakukan. Memang saya akui kuantitas yang saya kejar dalam pembelajaran bukan kualitas yang ingin dicapai karena tuntutan materi yang harus tersampaikan dan waktu yang harus cukup tanpa ada tambahan waktu. Sekali lagi memang ini bukan pembenaran atas apa yang saya lakukan. Itulah yang terjadi selama ini dalam sistem pendidikan yang ada di lapangan.

Seberapa jauh saya belajar dri video untuk mempengaruhi dan kemungkinnan mempraktikkan pembelajaran saya,


Dari video yang ditayangkan maka rasa bersalah saya sebagai pendidik, akan tetapi dibalik itu semua memberi motivasi diri untuk memperbaiki pembelajaran yang saya lakukan memang diperlukan tenaga, waktu, pikiran dan biaya yang ekstra pula. Namun demikian untuk menghindari malpraktik, mal konsepsi dan membunuh kreatifitas dan daya pikir siswa untuk berpendapat. Pembelajaran dalam video memberikan kesempatan siswa untuk memanusiakan diri siswa sehingga potensi tergali secara optimal. Ibaratnya wadah sudah berisi potensi yang mungkin dapat dioptimalkan untuk dikembangkan.  Sebagian guru hanya fokus pada pencapaian kognitif saja, bahkan mind set masyarakat pintar di kelas berati pintar segalanya. Guru melupakan tujuan yang paling utama yaitu kemampuan berpikir pada anak dan keterampilan proses yang dianggap tidak terlalu urgent. Pembelajaran yang diawali dengan apersepsi yang tepat akan memancing siswa untuk ingin tahu, berpendapat dan  dibarengi dengan pembelajaran yang menyenangkan, menantang, bervariasi akan mengantarkan siswa dalam belajar dengan lebih bermakna, maka akan tersimpan pada memori siswa lebih lama (long term memory) dan berarti (value). Sudah sogyanya guru pada zaman sekarang haruslah hijrah dan mengubah mind setnya untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa, sehingga guru sebagai pembelajar siswa dapat memahamkan dan mengetahui perkembangan siswa yang berujung pada kebermaknaan siswa dalam belajar dan mempelajari sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar