UMI WURYANTI
1471 225 9009
P2TK DIKDAS
I. Komentar/tanggapan terkait video :
Team teaching merupakan tim pengajar, yang mana siswa dapat
terbantu dalam melakukan kegiatan matematika. Pendampingan terhadap siswa
sangat membantu dalam siswa melakukan kegiatan belajarnya. Guru membimbing
siswa dalam memahami pola-pola perkalian dasar yang sedang mereka lalukan. Guru
melalui pendampingannya mampu menghidupkan proses diskusi siswa dalam
kelompok belajar, sehingga siswa merasa dekat dengan guru yang adapt
membantunya dalam memahami materi dan menumbuhkan kreatifitas siswa. Dalam team
teaching guru mampu memancing siswanya untuk berpikir kritis dan berpendapat.
Pendampingan terhadap masing-masing siswa tercipta dengan bak sehingga siswa
mampu mengembangkan kemampuan benalarnya dengan baik. Team teaching menuntut
adanya skenario yang benar-benar guru harus menyiapkan fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan siswa dalam proses belajarnya. Siswa secara mandiri tidak terasa
tergiring untuk menemukan sendiri pengetahuan-pengetahun itu melalui media
bantu dari guru. Siswa menjadi lebih terbantu akan adanya media yang
mempermudah siswa memahami perkalian tersebut pada pembelajaran yang sedang
berlangsung. Guru terbuka atas pemikiran siswa dan pendapat/pemahaman siswa.
Dengan demikian siswa lebih bebas untuk mengekspresikan pemikirannya sehingga
mampu mengeksplorasi potensi anak secara optimal. Setelah pembelajaran pun
dilakukan penegasan kesimpulan dari kegiatan yang telah berlangsung dan adanya
refleksi dari guru maupun dari siswanya.
II.
Pertanyaan :
Kemampuan siswa dalam satu kelas tentulah beraneka ragam, terdapat
anak yang cepat menangkap/ dan paham akan tetapi ada pula yang lambat paham. Bagaimanakah melalui team teaching
menyikapi hal tersebut?
Pembelajaran yang berhasil tentulah pembelajaran yang dapat
mengubah tingkah laku. Untuk keberhasilannya maka dibutuhkan persiapan yang
baik untuk menciptakan kegiatan yang sesuai harapan dan tujuannya. Bagaimanakah cara mensiasati untuk
mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang membutuhkan media yang digunakan
untuk memfasilitasi pembelajaran?
Bagaimanakah cara untuk membangkitkan self efficacy siswa?
III. Kelebihan dan kekurangan metode dan perangkat pembelajaran lainnya
yag selama ini
saya praktikkan
Kegiatan belajar mengajar yang selama ini saya lakukan masih
terpancang pada guru sebagai satu satunya sumber dan yang aktif di dalam kelas.
Siswa masih tergantung untuk selalu diarahkan oleh guru dalam melakukan
kegiatan pembelajaran sesuai aba-aba dan perintah dari guru. Metode berbasis
lingkungan secara kontekstual telah saya lakukan dan hasilnya cukup membantu
meskipun siswa belum mampu menemukan pengetahuan atau konsep secara mandiri.
Hal itu dikarenakan siswa masih saja dijejali dengan pengetahuan atu konsep
yang sudah matang dari guru, sebagai akibatnya kreatifitas dan pole berpikir
kritis masih jauh dan siswa hanya mampu berpikir sesaat pada waktu itu, dan
selanjutnya banyak yang lupa sudah tidak ingat lagi apa yang sudah mereka
pelajari. Metode ceramah konvensional dan diskusi bebas juga saya lakukan akan
tetapi hasilnya belum cukup memuaskan, karena adanya teaching center sangat
mendominasi pada kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan media/alat bantu untuk pembelajaran juga saya lakukan
dan penggunaan benda-benda yang ada di sekeliling siswa, dengan alasan mudah
untuk dirancang dan ditemukan di lingkungan sekitar siswa. Penggunaan media
gambar pun sering juga saya gunakan karena penyediaan media yang detail sering
terganjal dan membutuhkan persiapan dan waktu yang ekstra. Meskipun alasan itu
tidak dapat membenarkan atas apa yang saya lakukan. Memang saya akui kuantitas
yang saya kejar dalam pembelajaran bukan kualitas yang ingin dicapai karena
tuntutan materi yang harus tersampaikan dan waktu yang harus cukup tanpa ada
tambahan waktu. Sekali lagi memang ini bukan pembenaran atas apa yang saya lakukan.
Itulah yang terjadi selama ini dalam sistem pendidikan yang ada di lapangan.
Seberapa jauh saya belajar
dri video untuk mempengaruhi dan kemungkinnan mempraktikkan pembelajaran saya,
Dari video yang ditayangkan maka rasa bersalah saya sebagai pendidik,
akan tetapi dibalik itu semua memberi motivasi diri untuk memperbaiki
pembelajaran yang saya lakukan memang diperlukan tenaga, waktu, pikiran dan
biaya yang ekstra pula. Namun demikian untuk menghindari malpraktik, mal
konsepsi dan membunuh kreatifitas dan daya pikir siswa untuk berpendapat.
Pembelajaran dalam video memberikan kesempatan siswa untuk memanusiakan diri
siswa sehingga potensi tergali secara optimal. Ibaratnya wadah sudah berisi
potensi yang mungkin dapat dioptimalkan untuk dikembangkan. Sebagian guru
hanya fokus pada pencapaian kognitif saja, bahkan mind set masyarakat pintar di
kelas berati pintar segalanya. Guru melupakan tujuan yang paling utama yaitu
kemampuan berpikir pada anak dan keterampilan proses yang dianggap tidak
terlalu urgent. Pembelajaran yang diawali dengan apersepsi yang tepat akan
memancing siswa untuk ingin tahu, berpendapat dan dibarengi dengan
pembelajaran yang menyenangkan, menantang, bervariasi akan mengantarkan siswa
dalam belajar dengan lebih bermakna, maka akan tersimpan pada memori siswa
lebih lama (long term memory) dan berarti (value). Sudah sogyanya guru pada
zaman sekarang haruslah hijrah dan mengubah mind setnya untuk menyelenggarakan
pembelajaran yang lebih memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa, sehingga
guru sebagai pembelajar siswa dapat memahamkan dan mengetahui perkembangan
siswa yang berujung pada kebermaknaan siswa dalam belajar dan mempelajari
sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar